MISI KU dan MISI MU adalah MISI KITA


“Kita tau barang ini nilainya tidak seberapa tapi kalian tau ini telah berjasa bagi perjuangan jalan misi kita semua” perkataan itu tersampaikan dengan penuh makna ditengah-tengah suasana haru perpisahan. “Bawahlah kaleng komunikasi ini bersama kalian yah, anggap saja kita bisa berkomunikasi melalui perantara ini" kalimat tersebut diselingi dengan gelak tawa.  Kelima pemuda yang berbincang tersebut mulai meninggalkan lokasi berkumpulnya, satu persatu pergi ke jalan awal mereka. Melepaskan peran yang telah diambil dan pulang membawa kenangan serta keahlian ke kehidupan masing-masing.

Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua ini bagian dari Nusantara. Kelima pemuda itu berasal dari tiap pulau tersebut mereka menjadi perwakilan daerah sebagai pahlawan pembasmi penjajah di tanah Nusantara. Kemenangan telah mereka raih dengan kerjasama, kegigihan, dan toleransi yang mereka libatkan dalam misi mereka. Jika ingin bertukar kabar seperti dikatakan salah satu dari pemuda itu "Kaleng Komunikasi" bisa membantu tapi sayangnya, mereka tidak akan melakukan komunikasi dua arah karena mereka hanya akan mencurahkan cerita miliknya tanpa ada respon dari pihak lain.

Kaleng itu bekas kaleng makanan camp, dibawahnya terdapat seutas benang sebagai pengikat dengan kaleng lain yang kini hanya terjuntai tanpa terikat kaleng lain, benda itu kini sudah jarang digunakan karena kesibukan mereka. Waktu terus berjalan kaleng komunikasi sudah menjadi kenangan, beberapa kaleng ada yang sudah tidak ditangan pemuda-pemuda tersebut karena terbuang , ada yang masih disimpan dengan rapat di sudut gudang, dan bahkan ada yang telah dipendam dalam tanah.

Cerita kaleng-kaleng tersebut telah terlupakan selama 77 tahun, pemuda-pemuda hebat itu telah berpulang ke pelukan tuhan. Nusantara ternyata tidak membiarkan perjalanan kaleng komunikasi berhenti, di tahun 2022 telah dimulai babak  barunya. Kisahnya kembali dimulai, berawal dari Pradipta remaja asal pulau Jawa yang menemukan kaleng komunikasi tersebut disudut gudang rumah kakek buyutnya, fisik benda itu tidak buruk walau sudah dimakan waktu hanya kini dilapisi beberapa karat.

Benang yang tertanam dibawahnya masih utuh, Pradipta tahu benda apa itu karena saat kecil ia juga memainkan benda semacam ini. "Hebat, baru pertama kali aku melihat mainan ini terbuat dari kaleng. Biasanya cuma dari bekas gelas air mineral kecil, menarik!" Dibawahnya keluar gudang untuk dimainkan. 

"Kak, cepat cari keburu malam nih. Mamak pasti marah kalau kelamaan main" ocehan dari gadis kecil itu membuat lawan bicaranya jengkel, mereka memang sedang terburu-buru karena hari mulai senja. "Jangan bicara saja kau bantu aku!" bentak si Kakak. "Tidak mau kak, hiks" gadis kecil itu mulai kehilangan kesabarannya.

"Kau pulang saja sekarang, tidak ada gunanya kau disini. Pulang dan beritahu mamak kalau kak Winny sedang diberi tugas dari kakek Dar untuk mencari benda pusakanya ditanah" kalimat Winny itu mengisyaratkan agar adiknya pulang karena ia masih memerlukan konsentrasi penuh.

Winny Damanik sendiri merupakan gadis kecil dari Sumatra, dari kalimat terakhirnya itu tidak ada kebohongan. Dibawah tanah sekitar lubuk lama di desanya terdapat sebuah harta pusaka keluarga Damanik. Benar, harta itu adalah sebuah kaleng komunikasi, milik kakek buyutnya. Setengah jam Winny harus menggali tanah, beruntungnya titik benda itu dikubur sudah benar. "Tang" bunyi nyaring berbenturan dengan kayu yang digunakan untuk menggali.

"ASYIK!!" kini benda itu telah Winny temukan, kaleng tersebut ditaruh didalam kotak logam. Beruntungnya kaleng itu masih terlihat bagus dan utuh, kini Winny bergegas pulang sebelum hukuman dari mamaknya bertambah. "Aku tidak sabar mencoba benda ini" batin gadis mungil ini dengan senang. Kini giliran pulau Kalimantan, remaja dengan tubuh bugar bernama Siregar sedang mencari buah sawit sekitar kebun tuan besar di desa tetangga.  Siregar merupakan anak semata wayang ia harus rajin membantu orang tuanya, karena keajaiban takdir Siregar mendapatkan kesempatan menemukan kaleng komunikasi yang terbuang oleh pemilik awalnya.

Ditengah-tengah kesibukan ia bekerja, Siregar tertarik dengan sebuah benda berwana abu-abu tersebut. "Kaleng?" Celetuknya. Dibawahnya kaleng itu ke gubuk istirahat lalu ia amati dengan seksama. "Kaleng itu untuk komunikasi" sahutan tiba-tiba terdengar dari sesosok pria paruh baya yang bekerja disekitar kebun sawit itu. Siregar seperti terkena mantra keingin tahuan lalu ia bawah saja ke rumahnya. Dua kaleng komunikasi yang tersisa ternyata menjadi barang daur ulang, Ola dan Aditya yang berasal dari Sulawesi dan Papua merupakan sahabat dekat di bangku sekolah di Jakarta telah memilikinya. Kaleng tersebut di modifikasi menjadi tempat permen.

"Setelah aku lihat-lihat bagaimana cara menggunakannya yah?" Gumam Siregar sedang memandang kaleng yang ia temukan tadi. "Dan benang ini kenapa hanya segini? Untuk apa? Kabelnya mana?" Semakin bingung Siregar dibuatnya. "Hai?" Ucap Siregar ketengah lubang.

"Dreet, Hai?" Tidak disangka suara Siregar terhubung masuk ke empat kaleng lain. "Ha?" Celetuk kaget Pradipta. "Apa itu tadi?" Ucap Winny bingung. "Eh, kaget kaget" spontan Ola saat kaleng permen yang sedang ia genggam berbunyi.

"Ha? Kenapa ini berbunyi? Apa itu tadi, hantu? Ya Tuhan, lindungilah saya" Ucap Winny gelagapan. "Siapa itu?" Sahut Pradipta langsung, "Tunggu, kaleng ini kenapa muncul suara orang lain" Siregar terlihat pucat pasih karena kebingungan.

Ola yang sedang asyik bersantai sambil makan permen sekarang telah meringkuk di sudut sofa, ia sudah ketakutan dengan keajaiban yang baru saja terjadi. "Sumpah, kayaknya aku lagi kurang healing" batin Ola menenangkan diri dari keterkejutan. "Hai, ini manusiakan pasti?" tiba-tiba terdengar suara Aditya, kini Ola makin gemetaran. Ia ingin memastikan apa ini halusinasi atau kenyataan, diraihnya kaleng itu. Tangannya bergetar takut, "Dit, itu kamu kan" sahut Ola. "He, Ola beneran nih. Sumpah keren nih benda bisa buat ngomong-ngomong loh, ajaib!" Ucap Aditya girang.

"Bentar-bentar, otakku belum bisa connect" ringis Ola, "Mohon maaf kalian beneran manusiakan?" kini suara Winny terdengar ingin memastikan. "Iya" ucap ke empat manusia

yang lain. "Jadi benda ini, bisa menghubungkan suara satu orang ke orang lain? Seperti fungsi awalnya untuk komunikasi, tetapi bagaimana kaleng ini berfungsi tanpa terikat benang dikaleng satu dengan kaleng lainnya" Jelas Pradipta menyimpulkan keajaiban ini tapi kembali memunculkan kebingungan baru.

"Simpel, anggap aja ini keajaiban dunia" sahut Aditya santai, "Jadi kalian ini asalnya dari Jakarta semua?" Lanjut Aditya. "Tidak, aku dari Balikpapan, Kalimantan " ucap Siregar, "Saya Medan, Sumatra" sahut Winny sedikit ragu, "Saya, Jawa Timur" Jawab Pradipta. "Aku Sulawesi, tapi sekarang aku di Jakarta" celetuk Ola, "Ternyata kita beda beda daerah yah, aku dari Papua tapi sekarang aku ada di Jakarta " jawab Aditya.

Setelah perkenalan itu mereka terdiam cukup lama, "Saya diberitahu oleh kakek saya bahwa kaleng komunikasi ini adalah harta berharga keluarga. Kaleng ini digunakan kakek buyut saya dan teman-temanya untuk berkomunikasi saat masa peperangan di Nusantara" Ucap Winny yang sudah memikirkan terkait hubungan cerita itu dengan keajaiban kaleng ini sekarang. "Kaleng ini milik kakek buyut mu? Kaleng ini juga milik kakek buyut ku. Tapi aku tidak tahu dulu digunakan untuk apa hanya saja ini ditaruh disudut gudang" sahut Pradipta antusias.

"Wah, sepertinya kelima kaleng ini memang dulunya berasal dari satu kegunaan. Untuk komunikasi" jawab Siregar menyimpulkan. "Kalian tau, aku rasa kita semua diberi sebuah kesempatan mengunakan kaleng ini kembali untuk suatu hal penting. Tapi aku tidak tau apa itu" ucap Ola dengan tenang.

"Emm kamu yang dari Medan, dari cerita keluargamu tentang kaleng ini apa ada suatu petunjuk apa gitu?" Tanya Aditya. Winny kini mencoba mengecek kotak logam itu, dan ia menemukan sepucuk kertas terselip di pinggir sisi dalam kotak. "Ada!" Sahut Winny.  "Saja ingin mengetahoe apa jang akan terdjadi nanti, djikaloe saja tiada, perdjoeangan kami doeloe apa bergoena bagi pemoeda pemoedi Noesantara?"  Setelah Winny membaca pesan itu mereka terdiam bingung apa jawaban yang harus mereka berikan. "Ehm, aku rasa salah satu alasan kaleng ini bisa digunakan lagi karena adanya keingintahuan kabar tetang Nusantara kini" ucap Ola memberanikan diri, "Kalau begitu sama saja kita diberi amanah oleh mereka" sahut Pradipta.

 "Aku tidak tahu sedetail apa yang diinginkan untuk diberitahukan, tapi apapun bentuk pengorbanan mereka dulu kita sekarang bisa merasakan kebebasan. Bisa mengembangkan teknologi bahkan membangun sistem negara yang tepat merupakan hasil pemberian pahlawan Nusantara" Jawab dari Pradipta, "Ah, sayapun sendiri merasakan manfaatnya. Saya masih tinggal di desa untuk belajar disini sekolah umum sangat berarti bagi kami, walau terkadang saya sedikit sedih kenapa terkadang kami memerlukan bantuan buku dan alat-alat lain dari pusat tidak pernah datang?" Jawab Winny bingung.

"Aku sendiri merasakan dampak yang bagus dari pengorbanan mereka, aku bisa bersekolah dengan mudah. Aku terus belajar walau jauh dari rumah, yang mereka berikan sangat berarti mempelajari hal baru dari wilayah lain juga sudah mudah sekarang. Tidak perlu harus takut akan ada peperangan, walau sedikit sayang aku beberapa kali mendapatkan dikriminasi karena warna kulitku haha" ucap Aditya getir. "Aku sendiri tidak jauh dari Aditya, mendapatkan kemudahan dan ketenangan menuntu ilmu dan pengalaman di daerah selain Sulawesi. Bisa bekarya dengan leluasa meluapkan imajinasi serta kekratifan, itu semua bentuk hasil pengorbanan beliau beliau. Aku tau terkadang juga sekarang manusia masih kurang mencintai hasil karya dalam negeri, seperti halnya aku yang bekerja di industri kreatif lokal yah dimana setiap tahun pendapat kita selalu berubah-ubah karena minat masyarakat sudah tidak bisa terpaku ke industri lokal terus" Jawab Ola.

"Aku berterimakasih kepada kakek buyut mu dan teman-temannya, tapi sejujurnya aku masih belum tau apa guna lebih selain kebebasan dari penjajah. Aku masih merasakan keterlilitan ekonomi bantuan dari sesama disini masih kurang. Sekolah aku hanya menginjak kursi smp saja, tapi bukan berarti aku tidak bersyukur. Haha aku tau dari semua ini aku diminta untuk terus berusaha memperjuangkan kembali kebebasan rakyat seperti ku" Kalimat Siregar sangat menohok.

"Hahaha, guna terbesar sekarang adalah kita bisa bebas dari penjajah. Tapi kita sebenarnya tidak bisa bersantai menerima bantuan dari beliau beliau saja, masih perlu kita untuk berjuang lagi" Sahut Ola. "Benar, saya rasa berjuang di zaman ini termasuk mudah dibadingkan zaman dulu Nusantara yang penuh dengan pertumpahan darah" Tambah Winny.

"Aku tau kalian merasa ada kekeruangan dari pengorbanan mereka, kita punya misi baru menyelesaikan kekurangan itu. Memang tidak mudah, yang penting kita sadar tidak boleh melupakan jasa mereka" jawab Pradipta menyimpulkan. "Benar" jawab mereka bersamaan. "Aku rasa sejauh ini hanya ini saja yang bisa di ceritakan, kalau kalian masih ingin berkomunikasi kita bisa berbincang lagi dengan kaleng ini. Semoga masih berfungsi, karena misi kita belum selesai"Jawab Aditya dengan gurauan.

Mereka semua menyimpulkan agar mereka tidak berhenti berjuang walau tidak ada penjajah, karena sekarang mereka harus mempertahankan Nusantara ini kembali dengan alur cerita barunya.

Komentar